Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranyasedang bersiap untuk meningkatkan produksi minyak demi mengantisipasi dimulainya pemerintahan Presiden Terpilih Joe Biden dan kembalinya Amerika Serikat (AS) ke kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). "Karena sanksi sebelum JCPOA, produksi dan penjualan minyak Iran menghadapi pembatasan, namun dengan penerapan kesepakatan dan pencabutan sanksi, kami mampu meningkatkan penjualan minyak menjadi lebih dari dua juta barel dalam waktu singkat." "Saat ini masih ada kesiapan untuk meningkatkan produksi minyak lebih lanjut secara cepat," kata Rouhani, saat berbicara dalam pertemuan kabinet pada hari Minggu lalu.

Ia menjelaskan, perang ekonomi yang digaungkan AS pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump memang menyulitkan Iran dalam melakukan ekspor minyak dan petrokimia. Namun upaya untuk menekan ekspor Iran hingga ke titik nol, disebut tidak akan pernah berhasil. "Perang ekonomi AS menciptakan beberapa hambatan bagi ekspor minyak dan petrokimia negara itu, namun keinginan Trump untuk mengurangi ekspor Iran ke nol tidak pernah menjadi kenyataan," tegas Rouhani.

Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (9/12/2020), ekspor minyak mentah Iran mencapai titik tertinggi sebelum JCPOA yaitu mencapai 2,5 juta barel minyak per hari (bpd) pada 2011, sebelum akhirnya turun menjadi sekitar 1 juta bpd pada 2014. Setelah penandatanganan kesepakatan nuklir, ekspor minyak mentah mereka memang tumbuh menjadi 2,15 juta bpd, namun turun secara substansial setelah itu. Lalu pada Mei 2018, saat importir besar Eropa dan Asia mulai menghindar dari kegiatan bisnis dengan Iran karena takut dikenakan sanksi oleh AS, ekspor Iran anjlok menjadi antara 600.000 hingga 700.000 barel per hari pada 2020.

Pekan lalu, Pemerintah Iran menguraikan rancangan anggaran 2021 yakni sekitar 33,7 miliar dolar AS. Negara ini berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak untuk pendapatan lebih lanjut, dan menggunakan harga minyak 40 dolar AS per barel sebagai dasar perhitungannya. Iran diperkirakan dapat meningkatkan ekspor minyak mentah hingga 1,2 juta barel per hari jika sanksi terkait JCPOA oleh AS ini dicabut pada masa kepresidenan Biden.

Joe Biden memang telah mengisyaratkan kesediaannya untuk terlibat dalam dialog dengan Iran dan berjanji untuk menggarisbawahi kebijakan Iran terkait pencegahan agar Iran tidak membangun bom nuklir. Mantan Wakil Presiden AS itu pada pekan lalu mengatakan bahwa ia akan kembali ke kesepakatan nuklir jika Iran kembali mematuhi persyaratannya. Iran telah menyatakan optimisme secara hati hati terkait rencana pemerintahan Biden yang akan kembali ke JCPOA.

Kendati demikian, negara itu juga memperingatkan bahwa mereka tidak akan menyetujui negosiasi ulang dalam bentuk apapun, baik dengan Biden maupun Trump. Pemerintahan Trump memang 'tanpa basa basi' telah menghentikan komitmennya terhadap kesepakatan nuklir JCPOA Iran pada 2018 lalu. Langkah tegas ini pun 'menampar Iran' karena AS memberlakukan sanksi energi dan perbankan yang menghancurkan bisnis Iran.

AS pada masa pemerintahan Trump juga mengancam untuk menerapkan sanksi sekunder terhadap negara manapun yang terus mengimpor minyak mentah dari negara timur tengah itu.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *