Viral di media sosial potret tas dan sepatu di dalam mal tumbuh jamur. Terlihat seperti barang barang tersebut memang telah lama tak tersentuh. Foto tersebut diunggah oleh akun Twitter @DragonoHalim pada Senin (11/5/2020).

Akun @DragonoHalim menuliskan tas dan sepatu tersebut berada disebuah mal di Sabah, Malaysia. "Setelah tutup beberapa bulan, barang barang dalam department store mal di Sabah, Malaysia, jamuran. Foto: Teman di FB"

Pada potret tersebut terlihat tas yang dipajang di rak display ditumbuhi jamur dan bercak bercak putih di lemari. Begitu pula sepatu yang terpajang. Malaysia memang baru saja melonggarkan lockdown dengan memberlakukan Movement Control Order (MCO).

Setidaknya, toko bisnis fashion tak tersentuh selama hampir 2 bulan. Kondisi barang barang jualan tumbuh jamur memang dialami pelaku bisnis fashion. Dilansir The Star , hampir semua barang dagangan di pusat perbelanjaan di Pulau Tikus, Malaysia tumbuh bintik jamur.

Pemilik toko travelling dan pakaian dingin, Chong menyebut hal ini terjadi karena kelembaban mal tidak seperti biasanya. "Karena suhu mal tergantung pada pendingin udara, mungkin menjadi lembab karena suhu dingin tiba tiba naik," ujar Chong. "Suhu tinggi mengakibatkan uap air di udara sekitar ruangan sehingga jamur cenderung tumbuh," lanjut pria berusia 47 tahu tersebut.

Ia mengaku telah menutup tokonya sejak pemberlakuan MCO dan lockdown di Malaysia. Chong menerangkan banyak jamur yang tumbuh di dompet, ransel dan tas kulit. "Ini membuat produk terlihat kurang menarik, tetapi tidak mengurangi fungsinya. Kami hanya perlu menggunakan sedikit minyak dan memolesnya dengan kain bersih," pungkas Chong pada The Star .

Selain jamur, pedagang lain juga mengeluh barang dagangan mereka penuh debu. "Beberapa produk yang berada di rak display penuh debu karena kami tidak bisa membersihkan ini selama lockdown . Beruntung banyak produk yang sudah kami amankan dengan membungkus kertas sebelum MCO," ujar Lai, pedagang dompet dan tas. Pemerintah Malaysia sendiri telah memperpanjang MCO dalam bentuk Conditional Movement Control Order (CMCO) yang semula berakhir 12 Mei, kemudian diperpanjang hingga 9 Juni 2020.

Malaysia telah mengalami kerugian sekitar RM 63 miliar atau Rp 223 triliun sejak pemerintah memberlakukan MCO pada 18 Maret 2020. Muhyiddin mengatakan, Malaysia mengalami kerugian lain sekitar RM 35 miliar atau Rp 124 triliun apabila MCO diperpanjang satu bulan lagi. Sehingga, total kerugian Malaysia selama periode MCO akan mencapai RM 98 miliar atau Rp 347 triliun.

Lebih lanjut, dalam pidato yang disiarkan televisi sehubungan dengan Hari Buruh, Jumat (1/5/2020), Muhyiddin menyampaikan berapa banyak kerugian yang diderita Malaysia. Ia mengatakan Malaysia kehilangan RM 2,4 miliar setiap hari atau Rp 8,5 triliun setiap hari sepanjang pelaksanaan MCO. Sebagai catatan, saat ini MCO Malaysia telah memasuki fase keempat.

"Setelah hampir dua bulan memasuki MCO, saya sadar mayoritas (masyarakat) ingin kembali bekerja," papar Muhyiddin Yassin. "Pedagang ingin membuka kembali bisnis mereka, hal yang sama berlaku untuk operator industri yang ingin melanjutkan operasi," terangnya. "Hal ini penting, karena merupakan sumber penghasilan Anda," tegasnya.

Lebih lanjut, Muhyiddin mengatakan, apabila MCO diperpanjang, sumber penghasilan dan posisi keuangan para warganya akan memburuk. "Ketika kegiatan ekonomi dihentikan sementara, itu akan mempengaruhi pendapatan negara," tegas Muhyiddin Yassin. "Pajak tidak bisa dipungut, industri tidak akan bisa berkembang, pertumbungan ekonomi terhenti," katanya.

"Pada akhirnya ini akan menyebabkan banyak pengangguran," paparnya.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *