Budayawan Sujiwo Tejo turut menyoroti rencana pemerintah menyulap Pulau Rinca Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi 'Jurassic Park'. Belum lama ini viral sebuah foto yang memperlihatkan seekor komodo menghadang sebuah truk yang akan memulai pembangunan di pulau tersebut. Foto tersebut viral setelah diunggah akun Instaram @gregoriusafioma , Sabtu (24/10/2020).
Dalam keterangan unggahan tersebut, lokasi berada di Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca. "Dapat kiriman foto tentang situasi pembangunan “ jurassic park” ini dr seorang teman. Komodo “hadang” Truck pembangunan Jurassic Park di Rinca. Ini benarn benar “gila”, tak pernah dibayangkan sebelumnya bisa terjadi, " tulisnya di akun Instagram soal pembangunan di Pulau Rinca. Gregorius melanjutkan, truk masuk ke dalam kawasan konservasi yang telah dijaga ketat selama puluhan tahun dan telah secara sistematik meminggirkan masyarakat dari akses terhadap pembangunan yang layak demi konservasi.
Alhasil, unggahan itu pun mendapat sorotan dari warganet. Bahkan, muncul pula petisi untuk menolak pembangunan Taman Nasional Komodo karena dianggap dapat merusak habitat asli komodo. Hal itu pula yang menjadi sorotan Sujiwo Tejo.
Alih alih menolak pembangunan tersebut, Sujiwo Tejo mengingatkan pihak yang tak setuju agar tidak memaki. Sebab, katanya, karma itu keras. Berkaitan dengan hal tersebut, Sujiwo Tejo lantas membandingkannya denganpembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Menurutnya, kala itu pembangunan TMII juga mendapatkan penolakan dari sejumlah pihak. Namun, rupanya pihak pihak yang menolak tersebut justru hadir dalam Kongres Kebudayaan yang digelar ditempat yang sama. "Pagi. Yg tak setuju pembangunan “Jurassic Park Komodo” monggo.
Saya pun mungkin tak setuju. Tp gak usah memaki2. Sebab karma itu keras. Tahun 91, banyak tokoh yg hadir di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) utk Kongres Kebudayaan. Sebagian mrk di thn 70an memaki2 pembangunan TMII ," tulis Sujiwo Tejo, Selasa (27/10/2020). Berkaca dari kejadian tersebut, Sujiwo Tejo pun menyarankan agar pihak yang menolak lebih baik membuat satire daripada memaki pembangunan tersebut.
"Saran saya, bikin satire saja drpd memaki2 pembangun “Jurassic Park Komodo”. Tapi untuk bikin satire emang diperlukan IQ yg agak sedikit di atas rata2, C*k. Di samping sedikit jiwa seni. Heuheuheu … ," imbuhnya. Ditegaskan oleh Sujiwo Tejo, ia bukan hanya mendengar soal makian terhadap pembangunan TMII.
Tetapi ia mengaku menyaksikan langsung. Bahkan, kala itu ada salah seorang yang bersumpah tak menginjakkan kaki ke TMII saat menolak pembangunannya justru hadir di Kongres Kebudayaan yang digelar di tempat rekreasi tersebut. "Aku bukan cuma dengar, C*k.
Akh melihat dgn mata kepala sendiri mereka yg dulu memaki2 pembangun TMII krn terjadi penggusuran besar2an, hadir di Kongres Kebudayaan di tempat rekreasi itu. Bahkan ada satu, setidaknya, yg dulu bersumpah tak akan menginjak TMII. Heuheu ," pungkasnya. Melalui Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR telah menganggarkan Rp 52 miliar untuk menata kawasanPulau Rincayang meliputi bangunan pusat informasi, sentra souvenir, kafe, dan toilet publik.
Kemudian dibangun pula kantor pengelola kawasan, selfie spot , klinik, gudang, ruang terbuka publik, penginapan untuk peneliti dan pemandu wisata ( ranger ). Area trekking untuk pejalan kaki dan shelter pengunjung didesain melayang atau elevated , agar tidak mengganggu lalu lintasKomodo. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dermaga di Pulau Rinca, dibangun sarana dan prasarana pengaman pantai dan dermaga Loh Buaya dengan biaya Rp 56 miliar yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Sumber Daya Air pada tahun 2020 ini.
Oleh karena itu, konsep desainnya diciptakan dengan pendekatan Geo Park yang berkelanjutan, mirip dengan pengembangan Jurassic Park. Dari hasil survei yang telah dilakukan bersama pihak Taman Nasional Komodo (TNK), Yori mengakui di Pulau Rinca terlalu banyak bangunan yang tidak kontekstual satu sama lain dan posisinya tersebar. Ini artinya, dari 45 liang Komodo di Pulau Rinca, hanya satu liang yang bisa dimanfaatkan untuk atraksi wisata. Sebagai informasi, satu liang diisi 70 ekor Komodo.
Sebagian besar liang akan dilindungi agar habitat Komodo tidak terusik dan terganggu aktivitas wisatawan. "Setelah konsultasi dengan TNK, hanya satu liang yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai atraksi wisata," ucap Yori. Selain itu, akan dibangun jalur berbeda antara manusia atau pengunjung dan Komodo dengan struktur melayang atau elevated setinggi 2 meter.
Nantinya, pengunjung bisa melihat lalu lintas Komodo dari atas jalur ini tanpa mengganggu aktivitas dan habitat Komodo. Yori juga akan mengakomodasi pembangunan shelter untuk ranger Komodo, pemandu wisata, dan peneliti. Dermaga Pulau Rinca juga tak luput dari sentuhan arsitektural. Yori menyebut dermaga ini akan berbentuk lidah Komodo.
Demikian pula dengan rumah rumah warga di sekitarnya, akan ditata lebih rapi dan sesuai dengan kearifan lokal dengan mengadopsi desain rumah tradisional Manggarai.